Motivasi, Kepemimpinan, Komunikasi, &
Pengawasan
MOTIVASI
Motivasi
adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang
berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak"
yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang
dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi
internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai
tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut
Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan
minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan
penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak
(Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak
dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
KEPEMIMPINAN
Kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Tipe dan Gaya Kememimpinan
Tipe dan Gaya Kememimpinan
1. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Kharismatis
Kepemimpinan karismatis memiliki
kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi
orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan
pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang
superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan
yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan
daya tarik yang amat besar.
2. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih
diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Mereka menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
2. Mereka bersikap terlalu melindungi.
3. Mereka jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
Sedangkan Kepemimpinan maternalistik
tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah
dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau
terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Militeristik
Kepemimpinan militeristik ini sangat
mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan
militeristik adalah:
1. Lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana.
2. Menghendaki kepatuhan mutlak dari
bawahan.
3. Sangat menyenangi formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
4. Menuntut adanya disiplin yang keras
dan kaku dari bawahannya.
5. Tidak menghendaki saran, usul,
sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
4. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Otokratis
(Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara
lain:
1. Mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
2. Pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal.
3. Berambisi untuk merajai situasi.
4. Setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri.
5. Bawahan tidak pernah diberi
informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
5. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Laissez
Faire
Pada kepemimpinan ini praktis pemimpin
tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.
Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.
Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis,
tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu
melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang
kooperatif.
6. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh
pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan
kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan
penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe dan Gaya Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah
kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya
perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi
pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.
Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
KOMUNIKASI
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan
yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Masalah dan Hambatan dalam Komunikasi
Organisasi
bisa hancur dan pecah karena anggotanya tidak kompak. Dua pihak berseteru
karena merasa yang paling benar. Antar negara saling serang, antara sesama anak
bangsa begitu bernafsu untuk saling membunuh dan melenyapkan. Semuanya itu
berpangkal dari masalah dan hambatan dalam berkomunikasi.
1. Perbedaan Persepsi
Setiap
orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah pesan
atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah
ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai
sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi
alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa
diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa
mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera, namun orang yang lainnya
bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal,
sama-sama garis lurus.
2. Budaya
Perbedaan
budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila
masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian,
hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa
diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari
kebudayaan masing-masing.
3. Karakter Dasar
Karakter
dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan
sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah
karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter
yang lembut dan perasa.
Sanguinis
adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah.
Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas, apa
yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi
penghambat komunikasi.
4. Kondisi
Kondisi
saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman
terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak
pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak
enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga
terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada
komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.
Klasifikasi pada Komunikasi
Indikator paling umum
untuk mengklasifikasikan komunikasi adalah berdasarkan jumlah peserta yang
terlibat didalam komunikasi.
1. Menurut
Kelompok Sarjana Komunikasi Amerika (Human Comm,1980)
- Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications)
- Komunikasi kelompok (group communications)
- Komunikasi organisasi (organizational communications)
- Komunikasi massa (mass communications)
- Komunikasi publik (public communications)
2. Joseph
A De Vito (communicology 1982)
- Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications)
- Komunikasi kelompok kecil (small group communications)
- Komunikasi publik (public communications)
- Komunikasi massa(mass communications)
3. R.Wayne
Pace (techniques for effective communications,1979)
- Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communications)
- Komunikasi antarpribadi(interpersonal communications)
- Komunikasi khalayak (audience communications)
PENGAWASAN
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha
sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana,
atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah
kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan
penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan
dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
Klasifikasi
pada Pengawasan
Donnelly,
et al. (dalam Zuhad, 1996:302) mengklasifikasikan (mengelompokan) pengawasan
menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :
1.
Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).
2. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
3. Pengawasan Feed Back (feed back control)
2. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control)
3. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Pengawasan Pendahuluan (preliminary
control)
Pengawasan
yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Pengawasan Pendahuluan menghilangkan penyimpangan
penting pada kerja yang diinginkan yang dihasilkan sebelum penyimpangan
tersebut terjadi. Pengawasan Pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna
memperbesar kemungkinan bahwa
hasil-hasil aktual akan berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil
yang direncanakan. Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya
deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan
pada organisasi-organisasi. Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan
pendahuluan sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan, Pengawasan
pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya financial.
Pengawasan pada saat kerja berlangsung
(cocurrent control)
Pengawasan
yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan. Memonitor pekerjaan yang
berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran telah dicapai. Concurrent
control terutama terdiri dari tindakan-tindakan para supervisor yang
mengarahkan pekerjaan para bawahan mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
• Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode - metode serta prosedur - prsedur yang tepat.
• Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
• Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan metode - metode serta prosedur - prsedur yang tepat.
• Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pengawasan Feed Back (feed back
control)
Pengawasan
Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksakan, guna
mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar. Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa lalu. Tindakan
korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya atau operasi-operasi
aktual. Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan balik) adalah
bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk
mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
• Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
• Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
• Pengawasan Kualitas (Quality Control)
• Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
• Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
• Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
• Pengawasan Kualitas (Quality Control)
• Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance Evaluation
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar