Perbedaan Budaya Lokal dan Budaya Asing
Manusia
adalah makhluk budaya yang harus memilih apakah ingin mempertahankan sebuah
habitat/budaya dengan isolasi total ataukah bersedia melakukan negoisasi
terhadap apapun yang ada di luar dirinya. Budaya jika dikaji secara defenisi,
maka dapat diartikan sebagai sebuah nilai atau perilaku yang bersifat tetap dan
khas dari sebuah kelompok ataupun individu. Budaya dapat bersifat tetap ataupun
berubah tergantung bagaimana seseorang atau sekelompok orang menghadapinya.
Budaya lokal merupakan sekumpulan sikap, nilai atau perilaku yang dipahami dan disetujui baik itu oleh individu maupun kelompok dalam wilayah tertentu. Sedangkan budaya asing merupakan sekumpulan habitat, nilai, dan perilaku yang telah berlaku secara menyeluruh dan dipahami secara global, serta tidak terikat pada satu kelompok atau individu saja. Berkaitan dengan budaya lokal, seperti realitas sosial yang kita saksikan sekarang ini. Nilai khas setiap budaya lokal mulai terkikis karena datangnya pengaruh budaya asing yang menglobal. Hal tersebut menyebabkan agungnya dan sakralnya budaya lokal menjadi samar bahkan hampir hilang oleh budaya asing yang datang. Hal tersebut terjadi karena budaya tersebut tak mampu memediasi setiap kebutuhan orang didalamnya (subjektivitas budaya), sedangkan jika secara kolektif terlalu terbuka menerima negosisasi maka akan menyebabkan tidak bertahannya budaya tersebut (objektivitas budaya).
Ada 3 model utama dalam kajian kebudayaan, yakni model antagonistik kebudayaan. Model ini menjelaskan tentang bagaimana proses menyeimbangkan sikap untuk tetap menjaga keaslian budaya dan kemungkinan tawar menawar dengan budaya lain. Kedua, model ambivalensi kebudayaan yaitu model yang menjelaskan tentang petentangan antara konsumen dan pasar. Sebuah kebudayaan lokal akan tetap bertahan jika budaya tersebut hadir alam sebuah realita sosial yang kita hadapi, tetapi jika ternyata telah hilang maka hal tersebut menandakan bahwa budaya lokal perlahan-lahan akan bergeser. Hadirnya kebudayaan dalam sebuah realita sosial sangat kita butuhkan agar budaya lokal tersebut dapat diwariskan ke setiap generasi selanjutnya. Ketiga, Dualisme kebudayaan merupakan model yang menjelaskan adanya proses alienasi kebudayaan lokal karena adanya budaya asing.
Kejadian penggerusan budaya lokal dapat membahayakan semua sendi kehidupan, karena budaya mempunyai representasi sikap setiap orang dalam menghadapi setiap masalah. Proses transformasi budaya merupakan suatu bentuk internalisasi nilai budaya lokal tanpa harus membawanya dalam bentuk simbol dan bersifat materialistis ataupun konkrit. Sebagai contoh melestarikan budaya memakai batik sebagai busana identitas setiap masing-masing daerah. Khusus pada kapitalisme global, hal tersebut sangat mungkin kita lawan dengan proses transformasi budaya. Moralitas suku dan setiap kelompok akan terjaga dan kita pun mampu mengendalian sebuah sistem dalam masayarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar